Menu Close

Street Style Anak Muda Paling Populer

Street Style Anak Muda Paling Populer

Street Style Anak Muda Paling Populer – Street style anak muda yang paling populer saat ini bukan sekadar tren estetika

Gaya berpakaian anak muda selalu menjadi refleksi dari perkembangan zaman. Street style tidak hanya sekadar pilihan outfit, tetapi juga cerminan identitas, kreativitas, hingga cara berkomunikasi visual generasi muda dengan lingkungannya. Menurut penelitian dari Fashion United (2024), street style merupakan salah satu tren global yang paling adaptif karena memadukan kenyamanan, ekspresi diri, dan pengaruh budaya populer. Di Indonesia sendiri, fenomena ini semakin berkembang dengan hadirnya kombinasi antara budaya lokal, tren K-Pop, hingga pengaruh global melalui media sosial.

Akar dan Evolusi Street Style

Street style pertama kali dikenal sebagai gaya berpakaian jalanan yang lahir dari komunitas skate, hip-hop, dan punk di Amerika Serikat pada era 80-an. Kini, maknanya semakin luas dan tidak lagi terbatas pada subkultur tertentu. Di era digital, inspirasi fashion menyebar dengan cepat lewat TikTok, Instagram, hingga Pinterest. Generasi Z yang tumbuh dengan budaya visual instan menjadikan street style sebagai medium untuk menunjukkan eksistensi mereka.

Data dari Global Fashion Agenda (2023) menunjukkan bahwa 62% anak muda usia 16–25 tahun lebih memilih outfit yang bisa mencerminkan kepribadian dibanding sekadar mengikuti mode mainstream. Hal ini membuktikan street style bukan sekadar tren musiman, melainkan gaya hidup yang terus berkembang.

Ciri Khas Street Style Anak Muda

Street style yang populer di kalangan anak muda Indonesia memiliki beberapa ciri menonjol. Pertama, kebebasan memadukan gaya. Tidak jarang terlihat kombinasi hoodie oversized dengan celana cargo, atau sneakers chunky dengan aksesori minimalis. Kedua, inspirasi lintas budaya. Misalnya, pengaruh Korean streetwear yang menonjol lewat layering outfit, dipadukan dengan unsur lokal seperti batik motif sederhana pada bucket hat.

Ketiga, sentuhan genderless fashion. Banyak brand streetwear kini memproduksi koleksi unisex yang bisa dipakai siapa saja tanpa batasan gender. Menurut laporan Business of Fashion (2024), penjualan fashion unisex meningkat 17% di Asia Tenggara, menunjukkan adanya pergeseran nilai dalam cara anak muda memandang identitas dan ekspresi diri.

Street Style dan Peran Media Sosial

Tidak dapat dipungkiri, media sosial adalah motor utama popularitas street style. Aplikasi seperti TikTok menghadirkan tren micro-style, misalnya “clean girl aesthetic” atau “retro Y2K” yang viral dalam hitungan hari. Anak muda Indonesia dengan cepat mengadopsi gaya tersebut, lalu memodifikasi sesuai karakter pribadi.

Sebuah survei dari McKinsey & Company (2024) menunjukkan bahwa 78% Gen Z menemukan inspirasi outfit melalui media sosial, bukan dari majalah fashion tradisional. Hal ini mengubah lanskap otoritas fashion: influencer dan content creator kini memiliki peran lebih besar dibanding desainer ternama dalam membentuk persepsi tren.

Studi Kasus Street Style di Indonesia

Contoh nyata bisa dilihat dari komunitas skate di Bandung yang memadukan kaos longgar, jeans robek, dan sneakers lokal brand Compass. Gaya mereka kemudian viral setelah diangkat oleh beberapa influencer di Instagram. Hal serupa juga terjadi di Jakarta, di mana gaya thrift fashion menjadi identitas anak muda urban. Dengan harga terjangkau, mereka tetap bisa tampil stylish dan berkontribusi pada gerakan sustainable fashion.

Seorang mahasiswa dari Yogyakarta, misalnya, mengaku memilih thrift karena selain ramah kantong, juga unik. “Baju thrift itu jarang ada yang sama, jadi bisa bikin saya tampil beda,” ujarnya dalam wawancara yang dirilis Jakarta Post (2024).

Nilai Ekonomi Street Style

Tidak hanya sebagai ekspresi diri, street style juga memberi dampak ekonomi yang besar. Menurut Statista (2024), pasar global streetwear diprediksi mencapai USD 221 miliar pada 2027. Di Indonesia, brand lokal seperti Thanksinsomnia, Erigo, dan Compass berhasil menembus pasar internasional dengan konsep street style yang khas. Hal ini menunjukkan otoritas dan kredibilitas streetwear sebagai sektor fashion yang berdaya saing tinggi.

Keberhasilan brand tersebut tidak lepas dari pendekatan kolaboratif. Misalnya, Erigo melakukan kampanye di New York Fashion Week, sementara Compass menggandeng komunitas lokal untuk memperkuat narasi identitas budaya Indonesia. Strategi ini membangun kepercayaan konsumen bahwa street style bukan sekadar tren, tetapi gerakan budaya yang membawa nilai otentik.

Tantangan dan Kritik

Meski populer, street style juga menghadapi kritik, terutama terkait isu keberlanjutan. Fast fashion yang meniru gaya streetwear dengan harga murah sering kali menimbulkan limbah tekstil berlebih. Laporan Ellen MacArthur Foundation (2023) menyebut bahwa industri fashion menyumbang 10% dari total emisi karbon global, dengan sebagian besar berasal dari produksi pakaian massal.

Oleh karena itu, banyak anak muda kini mulai memilih brand yang mengedepankan sustainable fashion. Menggunakan bahan daur ulang, produksi lokal skala kecil, hingga praktik thrift menjadi alternatif yang lebih etis.

Tips Memadukan Street Style yang Autentik

Untuk anak muda yang ingin mengekspresikan diri melalui street style, ada beberapa langkah praktis. Pertama, pahami identitas diri. Jangan hanya ikut tren, tetapi pilih outfit yang sesuai kepribadian. Kedua, utamakan kenyamanan. Street style lahir dari jalanan, sehingga kenyamanan adalah prioritas utama. Ketiga, kreatif dalam mix and match. Misalnya, memadukan sneakers lokal dengan atasan vintage bisa menghadirkan tampilan unik tanpa harus mahal.

Selain itu, penting juga untuk memperhatikan aspek keberlanjutan. Membeli produk lokal, mendukung brand ramah lingkungan, atau memanfaatkan thrift adalah langkah nyata yang tidak hanya meningkatkan gaya tetapi juga memberi dampak positif bagi lingkungan.

Street style anak muda yang paling populer saat ini bukan sekadar tren estetika, melainkan cerminan budaya dan identitas generasi. Dengan dukungan media sosial, brand lokal, serta komunitas kreatif, street style menjadi simbol otoritas baru dalam dunia fashion. Namun, tantangan keberlanjutan harus tetap dihadapi agar tren ini tidak hanya populer, tetapi juga bertanggung jawab.

Pada akhirnya, street style mengajarkan bahwa fashion adalah ruang terbuka untuk berekspresi. Selama mampu menyeimbangkan gaya, kenyamanan, dan keberlanjutan, anak muda dapat terus menjadikan street style sebagai medium untuk menyampaikan siapa diri mereka kepada dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *